
Adakah adab berdzikir kepada Allah? Berzikir kepada Allah itu wajib hukumnya. Maka, terkait dengan itu, seorang yang telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya saw tidak hanya menjalankan ibadah zikir dengan sekedarnya saja, selain dia harus mengikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya saw. Allah telah menerangkan adab berdzikir kepada-Nya.
"Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada ahli zikir (orang yang diberi ilmu oleh Allah), jika kamu tiada mengetahui" (QS. Al-Anbiya: 7).
Kepada ahli zikir, begitu Allah hendak menerangkan kepada orang-orang beriman melalui Rasul-Nya saw, untuk bertanya perkara yang sulit dijangkau oleh akal pikiran kebanyakan manusia. Pada ayat itu, Allah telah menegaskan bahwa seorang ahli zikir telah diridai oleh Allah hingga dia mengetahui orang-orang saleh dari kalangan para nabi (selain Nabi Muhammad saw) menerima wahyu.
Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana telah mengajarkan kepada ahli zikir dari apa yang tidak diketahuinya ('allamal insaan maalam ya'lam). Ditugaskan oleh Allah, sesudah itu setelah mencukupi apa yang telah diajarkan-Nya, untuk mengajarkan kembali kepada orang-orang beriman untuk berzikir.
Akal pikiran yang belum sampai kepada pemahaman ayat di atas akan menguraikan tanpa petunjuk. Karena itu, masih banyak orang-orang beriman yang belum berjuang mencari ahli zikir, selain yang dicari hanya orang-orang yang menguasai ilmu-ilmu al-kalam.
Dari ayat di atas, seorang ahli zikir diajarkan oleh Allah. Banyak hal yang tidak dipahami oleh kecerdasan berpikir diterangkan oleh Allah. Dia (Allah) Maha Mengetahui segala sesuatu. Atas keridaan-Nya, ahli zikir mendapati pemahaman yang mendalam atas ayat-ayat Allah. Allah telah menganugerahkan dan mengajarkan al-hikmah kepadanya.
Adab Berdzikir
Saudaraku, Anda sesungguhnya tidak mengetahui apa-apa tentang perkara gaib. Berzikir itu tidaklah sama dengan ibadah yang lain. Jika Anda harus salat, misalnya, maka Allah telah menerangkan bahwa salat itu didirikan untuk mengingat Dia. Maka, tidaklah salat seseorang jika di dalam salatnya tidak mengingat Allah.
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku" (QS. Thahaa: 14).
Pertanyaan yang muncul atas ayat di atas adalah bagaimanakah Anda mengingat Allah di dalam salat? Adakah dalam benak pikiran Anda, bahwa karena Anda salat maka Anda berzikir? Seperti itukah telah berzikir kepada Allah?
Saudaraku, itu adalah penafsiran konyol. Jika begitu, Anda telah berlari untuk mau mendengarkan apa yang sudah dianugerahkan oleh Allah di dalam hati. Bahwa Allah telah menganugerahkan ke dalam hati orang-orang beriman suatu keadaan yang dapat menenangkan dan, Allah telah memerintahkan, agar hal yang demikian itu harus dicari.
Adakah Allah telah menunjukkan bagaimana cara mencarinya? Inilah jawaban Allah:
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (QS. Al-A'raaf: 205).
Perintah Allah untuk mengingat (menyebut asma-Nya) di hati merupakan perwujudan dari keterangan Allah atas perjanjian-Nya dengan manusia saat masih berada di dalam kandungan ibunya, yakni saat ruh-Nya ditiup kepadanya. Hal demikian telah ditegaskan oleh Allah karena manusia itu (ruh tersebut) telah berkata: "Kami dengar dan kami taati."
"Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu)" (QS. Al-Ma'idah: 7).
Allah telah memastikan, siapa pun orang-orang beriman yang mengingat (menyebut asma Allah) di hati, maka hatinya menjadi tenang.
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Ra'd: 28).
Adab berdzikir kepada Allah tidak akan sampai hatinya menjadi tenteram jika Allah tidak meridainya. Keridaan Allah bukan atas dasar keinginan hamba-Nya, melainkan karena kehendak-Nya. Betapa pun Anda pandai mengucapkan kalimat thayyibah, tetapi Anda tidak mengindahkan kehendak-Nya, maka Dia (Allah) pun tidak akan meridainya.
Allah telah menetapkan hukum-Nya untuk ditaati. Ketetapan Allah itu sudah mengikat. Dia (Allah) telah berkata kepada Rasul-Nya saw untuk orang-orang yang mau berzikir kepada Allah agar "....tanyakan olehmu kepada ahli zikir jika kamu tiada mengetahui."
Ahli zikir akan memandu bagaimana seharusnya Anda berzikir. Anda akan mendapati keridaan Allah jika bertaklid (taat mengikuti apa yang diajarkan) kepadanya. Ahli zikir telah mendapatkan pengajaran dari Allah dan Rasul-Nya saw. secara langsung. Anda pasti sangat sulit untuk menerimanya jika Allah belum menurunkan hidayah kepada Anda.
Ahli zikir saat disebut dalam Al-Quran bukanlah hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang hadir bersama Rasulullah saw saat beliau masih hidup. Al-Quran diturunkan untuk orang-orang beriman hingga akhir zaman. Kehadiran Rasulullah saw bukan sesuatu yang harus diperdebatkan. selain bagi orang-orang beriman cukuplah dia berpegang teguh kepada firman Allah:
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya" (QS. Al-Baqarah: 154).
Nur Muhammad hadir atas seizin Allah mendekati ahli zikir yang hatinya tak pernah putus mengingat Allah, baik di waktu berdirinya, di waktu duduknya dan di waktu berbaringnya. Beliau mengajarkan, sebagaimana telah diterangkan oleh Allah di dalam Al-Quran, kepada ahli zikir:
"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui" (QS. Al-Baqarah: 151)
Ketetapan hukum Allah dibuat bukan atas apa yang diinginkan manusia, tetapi Dia (Allah) adalah Tuhan Yang Maha Berkuasa lagi Maha Berkehendak. Jika telah diturunkan ayat-ayat-Nya, maka pastilah berlaku hukum Allah itu. Dalam hal belum sampai kepada keyakinan tentang perkara ruh (dalam hal ini Nur yang mulia Baginda Nabi Muhammad saw), maka Allah telah memperingatkan:
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (QS. Al-Isra: 85).
Benarlah perkataan Allah atas orang-orang yang belum diberi pengetahuan tentang ruh hingga mereka tidak mengetahui (tetap tidak memiliki keyakinan yang kuat) perkara ruh. Tentang mereka Allah telah berfirman:
Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin" (QS. Al-Baqarah: 118).
Adab Berdzikir Menurut Ahli Zikir
Sangat jelas keterangan Allah pada ayat berikut:
"Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada ahli zikir (orang yang diberi ilmu oleh Allah), jika kamu tiada mengetahui." (QS. Al-Anbiya': 7).
Ahli zikir telah disebut oleh Allah, sebagai seorang yang karena suatu karunia yang telah diturunkan kepadanya hingga dia memperoleh pemberian ilmu, terpilih untuk bertanya kepadanya.
Sebagai ahli zikir, dia telah diajarkan oleh Allah bagaimana sepatutnya dia berzikir. Kepatutan berzikir menjadi adab berdzikir yang harus diikuti.
Apa yang telah diajarkan oleh Allah kepada ahli zikir dalam berzikir kepada-Nya? Allah ternyata telah mengajarkan kepadanya agar berzikir itu harus dilakukan di dalam hati.
Zikir apakah yang harus dilakukan pada awal atau orang yang baru memulai berzikir?
Seorang ahli zikir akan mengajarkan kepada calon pezikir dengan menyatakan "Beristigfarlah." Bermohonlah ampunan terlebih dahulu kepada Allah.
#1. Mengapa harus beristighfar?
Allah telah berfirman di dalam Al-Quran:
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Yusuf: 53).
Bermohon ampunan kepada Allah untuk meniscayakan diturunkan rahmat Allah ke dalam jiwanya atau hatinya.
Disadari atau tidak disadari oleh calon pezikir bahwa diri (nafs) itu telah mengantarkan kepada suatu perbuatan jahat yang menjadi sebab banyak kesalahan pada dirinya.
Jika berharap meraih kasih sayang Allah (rahmat-Nya), maka Allah sesungguhnya akan mengampuni jika seorang calon pezikir mengakui atas segala kesalahan dan dosa-dosa yang telah diperbuatnya untuk tidak diulangi kembali.
Dengan kata lain, seorang calon pezikir harus melakukan pertobatan dengan hatinya tak pernah berhenti beristigfar hingga waktu yang telah ditetapkan oleh Allah meraih pengampunan.
Seorang pezikir harus melakukan zikir khafi (tersembunyi di dalam hati) baik dalam keadaan berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.
Hal tersebut sejalan dengan perintah Allah sebagaimana tersebut di dalam Al-Quran:
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa: 103).
Maka, sejak saat itu (niat berzikir secara istiqamah) telah diakui dan diikat untuk tetap berhubungan dengan ahli zikir.
#2. Mengapa Harus Terikat dengan Ahli Zikir?
Ahli zikir itu kini adalah gurunya yang akan terus membimbing dia berzikir. Tanpa dibimbing dan dipantau keadaan jiwanya yang sedang berzikir akan dapat membingungkan bagi seorang pezikir.
Ada perubahan-perubahan positif yang mengantarkan kepada suatu ketenangan hatinya. Hal ini merupakan dampak yang melahirkan kebencian setan terhadap seorang pezikir.
Kebencian itulah yang masih sulit untuk dipahami ketika setan menganggu dan menggoda dirinya.
Seorang ahli zikir, dengan pertolongan Allah, tidak akan membiarkan muridnya diganggu dan diusik oleh setan laknatullah 'alaih selain Allah akan menunjuki strategi untuk mengusir mereka (setan laknatullah 'alaih).
Keterikatan itu untuk ditindaklanjuti mengikuti pengajaran.
#3. Pengajaran yang Harus Diikuti
Sangat jelas bahwa berzikir bukanlah ibadah biasa, melainkan bagi orang-orang yang berjuang di jalan Allah, berzikir itu adalah pengajaran dari Allah yang diantarkan melalui Rasulullah saw kepada ahlinya (ahli zikir). Tidaklah berzikir seseorang jika adab yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya saw tidak diikuti.
Ketetapan hukum Allah sudah sangat jelas. Maka, bagi yang tidak mengikuti apa yang Allah kehendaki, Dia (Allah) telah berfirman:
"Barang siapa yang berpaling dari pengajaran (dzikr)Tuhan Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk" (QS. Az-Zukhruf: 36-37).
Anda akan menemukan kesulitan apabila keterangan Allah tidak dapat diterima dengan sepenuh keyakinan. Maknanya, apabila Anda masih mengandalkan akal pemikiran saja terhadap ayat-ayat Allah, pastilah Anda termasuk yang telah diterangkan oleh Allah pada ayat 118 surat Al-Baqarah di atas.
Sekali lagi, adab orang yang berzikir kepada Allah adalah mematuhi kehendak Allah agar bertanya (belajar) kepada ahlinya yang Allah dan Rasul-Nya saw telah mengajarkan kepadanya. Ada 3 (tiga) Pengajaran:
Ahli zikir adalah orang yang tak pernah putus berhubungan dengan Allah di hatinya pada setiap keadaan dan waktu, baik pagi, petang, siang maupun malam. Apakah dalam berdirinya, duduknya ataupun berbaringnya, dia tak pernah melupakan Allah di hati. Berjuang dengan sungguh-sungguh di jalan Allah tanpa mengenal lelah dan letih. Menempuh perjalanan ke hadirat Allah merupakan bagian dari kehidupannya di dunia ini. Ahli zikir adalah ahli hikmah, juga ahli tasawuf. Berthariqah ke jalan yang lurus hingga Allah pun rida menjumpainya.
Saya merekomendasikan kepada Anda untuk membaca: 1) Berjumpa dengan Allah; 2) Ahli Dzikir, Ahli Hikmah dan Ahli Tasawuf
3 thoughts on “Adab Berdzikir Kepada Allah”