Cara Bijaksana Allah Menyiapkan Jiwa Untuk Ikhlas Mengingat Allah di Hati
 
cara bijaksana allah mempersiapkan jiwa
 
Cara bijaksana Allah menyiapkan jiwa untuk ikhlas mengingat Allah di hati sesungguhnya telah diketahui oleh kebanyakan kaum mukmin. Di antaranya adalah Allah telah memerintahkan orang-orang beriman agar menunaikan zakat, infak dan sedekah dari sebagian hartanya untuk dibelanjakan di jalan Allah.
 
Dengan semua itu, Allah akan membersihkan dan menyucikan jiwa serta menenteramkannya melalui perantaraan orang terpilih (amil) yang telah mendapatkan perintah untuk memungutnya. Inilah cara bijaksana Allah untuk memberi kesempatan kepada kaum mukmin menyiapkan jiwanya secara ikhlas mengingat Allah di hati.
 
Dari ayat-ayat Allah yang telah diturunkan, sebenarnya kaum mukmin telah mengetahui akan perintah Allah untuk berzikir sebanyak-banyaknya (lihat QS. Al-Ahzab: 41) yang dilakukan di dalam hati (lihat QS. Al-A'raaf: 205) baik di waktu berdiri, di waktu duduk maupun di waktu berbaring (lihat QS. An-Nisaa; 103; QS. Ali Imran: 191).
 
Akan tetapi, pada kenyataannya, masih belum juga di antara mereka menjalankan perintah Allah tersebut. Sebagai Tuhan Yang Maha Baik lagi Maha Bijaksana, Allah masih tetap memberikan kesempatan terbaik untuk menolong hamba-hamba-Nya agar dapat mengingat diri-Nya.

Cara Bijaksana Allah Menyiapkan Jiwa

Dengan cara mengeluarkan sebagian harta (zakat, infak dan sedekah), Allah Yang Maha Baik lagi Maha Bijaksana menghendaki hati kaum mukmin terlebih dahulu dibersihkan dan ditenteramkan. Berikut ini adalah ayat yang menegaskan hal tersebut:
 
"Ambillah zakat (infak dan sedekah) dari sebagian harta mereka, dengan semua itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS. At-Taubah: 103).
 
Adakah Allah juga membalas selain dengan keterangan ayat di atas? Subhanallah, inilah dua ayat yang menguatkan kaum mukmin untuk tidak lagi meragukan akan perintah Allah menunaikan zakat, infak dan sedekah.
 
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Baqarah: 261).
 
"Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat" (QS. Al-Baqarah: 265).
 
Sudah sangat mencukupi untuk menerangkan atas kemahabaikan Allah kepada orang-orang beriman dengan ayat-ayat tersebut. Pertama, dengan ayat 103 Surat At-Taubah, Allah membersihkan, menyucikan dan menenangkan hati atau jiwa para penginfak, sekalipun harus diantarkan oleh seseorang atau lembaga yang kredibel (dapat dipercaya) untuk memungut dana infak dan membalanjakannya di jalan Allah.
 
Kedua, mengeluarkan sebagian harta untuk dibelanjakan di jalan Allah dibalas oleh Allah dengan melipatgandakan ganjaran kepada mereka. Janji Allah pasti akan dipenuhi bagi kaum mukmin yang menunaikannya.

Allah Sangat Menghargai Nilai-Nilai Kesucian

Jika zakat, infak dan sedekah menjadi pintu pembuka hati, maka tingkat keikhlasan menunaikannya merupakan jalan menuju pada nilai-nilai kesucian jiwa atau hati itu sendiri.
 
Pada kondisi jiwa bersih dari kekotoran yang ada pada harta, sesungguhnya Allah sangat baik lagi bijaksana memberitakan perkara-perkara gaib yang terdapat pada harta tersebut.
 
Keluasan kasih sayang Allah tak terbantahkan. Begitu agung dan mulianya Dia. Seolah kita mendapati bahwa Allah tak pernah berhenti memperhatikan kaum mukmin agar lebih berhati-hati dalam setiap langkah yang dilakukannya. Dan, memang demikianlah Allah dalam mengurus seluruh makhluk-Nya.
 
Selanjutnya, kembali kepada kaum mukmin itu sendiri. Adakah mereka benar-benar beriman kepada Allah? Atau sebatas mengaku-aku beriman kepada-Nya? Jika benar-benar beriman kepada Allah, maka setiap perintah dan larangan-Nya seharusnya dipatuhi.
 
Perintah membersihkan, menyucikan dan menenteramkan jiwa melalui zakat, infak dan sedekah yang harus ditunaikan, maka tak ada lagi kaum mukmin yang mengabaikannya.
 
Peraturan-peraturan Allah telah dibukukan dalam Kitab Suci Al-Quran. Bagi yang mengimani Al-Quran, maka setiap perkataan Allah yang menjadi perintah dan larangan-Nya sudah seharusnya diikuti dan dilaksanakan.
 
Mengeluarkan sebagian harta di jalan Allah sangat dihargai oleh Allah karena mengandung nilai-nilai kesucian. Sedangkan, di sisi lain, berzikir tersembunyi di dalam hati (khafi) merupakan strategi perang melawan hawa nafsu yang pada hakikatnya adalah juga sebagai proses penyucian jiwa.
 
 
Keduanya, mengeluarkan harta di jalan Allah dan mengingat Allah di dalam hati, merupakan kegiatan (amal) saleh yang mengantarkan para pelakunya akan mendapati jiwa dirahmati oleh Allah.
 
Jika berinfak dijalankan untuk menyiapkan jiwa bersih, suci dan tenteram, maka berzikir di dalam hati menyebut asma Allah menjadi penguat hati semakin bersih dan tenteram secara istiqamah di setiap keadaan dan waktu (berdiri, duduk dan berbaring).
 
Keistiqamahan mengingat Allah di hati hanya dapat dilakukan melalui zikir khafi. Dan, demikian Allah berfirman di dalam Al-Quran, bahwa hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (lihat QS. Ar-Ra'd: 28).

Majelis Dzikir Tawashow Menghimpun Infak

Tidaklah berlebihan jika Majelis Dzikir Tawashow (MADZIKTA) harus berbuat memperantarai para penginfak menyerahkan sebagian hartanya untuk dibelanjakan di Jalan Allah.
 
Membelanjakan harta di Jalan Allah bermuatan makna mengoptimalkan harta para penginfak yang telah dikeluarkan untuk didayagunakan sebagai penghasil ganjaran di Hari Kemudian melalui kegiatan (amal) saleh yang dibutuhkan untuk menegakkan kebenaran.
 
Karena itu, orang-orang yang tergabung dalam sebuah lembaga penghimpun dana infak haruslah benar-benar memiliki niat yang tulus dengan hati yang bersih, suci dan tenteram.
 
Mereka termasuk orang-orang yang telah disebut pada ayat 103 Surat At-Taubah sebagai "Orang yang dapat membersihkan dan menyucikan jiwa para penginfak dan doanya dapat menenteramkan hati."
 
Mengapa kriteria itu harus terpenuhi bagi para penghimpun dana yang bersumber dari zakat, infak dan sedekah?
 
Tentu saja harus demikian karena sangat sulit jika hati para penghimpun dana zakat, infak dan sedekah diliputi oleh dusta. Bagaimana mereka akan "mampu" membersihkan, menyucikan dan menenteramkan hati para penginfak sedangkan mereka sendiri di dalam hatinya ada dusta.
 
Para penghimpun dana tidak dapat tidak harus melampaui terlebih dahulu proses penyucian jiwa. Allah Maha Mengetahui isi hati, maka Dia (Allah) pastilah tidak akan meridai perbuatannya jika hatinya tidak bersih, suci dan tenteram.
 
Silakan baca: Penyucian Jiwa   
 
Atas dasar itulah kami dari Majelis Dzikir Tawashow -- yang telah berjuang di Jalan Allah dengan bimbingan dan pengajaran dari seorang Waliyyan Mursyida, dan dengan keridaan Allah -- menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah pada QS. At-Taubah: 103.
 
 
Melalui penghimpunan dana infak, cita-cita kami membangun Gedung Majelis Dzikir Tawashow dapatlah terwujud. Semogalah Allah menjadikan Majelis Dzikir Tawashow sebagai Taman Surga, sebagaimana perkataan Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a:
 
"Jika kamu melewati taman-taman surga, singgalah dengan senang." Para sahabat bertanya: "Apakah taman-taman surga itu?" Beliau menjawab, "Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir." (HR. Tirmidzi, nomor 3510 dan lainnya. Lihatlah Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah, no. 2562).
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top