Al-Quran Sebagai Keterangan-Keterangan Tentang Petunjuk (Bayyinat)
al quran sebagai bayyinat
 
Al-Quran sebagai keterangan-keterangan tentang petunjuk (bayyinat) sangat terkait dengan al-quran sebagai petunjuk.
 
Sebagai bayyinat, Al-Quran hanya dapat ditakwilkan oleh Allah. Dan keterangan-keterangan itu diturunkan oleh Allah ke dalam hati orang-orang bertakwa.
 
"Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal." (QS. Ali Imran: 7).
 
Untuk mempertajam pemahaman tentang Al-Quran sebagai bayyinat, silakan Anda baca lebih dahulu: Al-Quran Sebagai Petunjuk (Hudan).
 
Adakah Allah bermaksud mengajarkan kepada kaum beriman? Mengapa Allah hanya menurunkan keterangan-keterangan itu kepada kaum takwa?
 
Sebagai Tuhan, Allah berhak atas kehendak-Nya sendiri. Dia menurunkan Nabi Muhammad saw sebagai utusan-Nya juga atas kehendak-Nya sendiri. Tidak ada campur tangan makhluk-Nya.
 
Agar dapat dipahami bahwa orang-orang bertakwa itu adalah orang-orang beriman yang benar-benar telah berjuang di jalan Allah tanpa mengenal lelah dan letih.
 
Mereka telah mengikuti perintah Allah:
 
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri (muslim)." (QS. Ali Imran: 102).
 
Kehidupan mereka sungguh sangat jauh berbeda dengan yang lain. Mereka tak pernah berhenti mengabdikan dirinya dalam hidup dan kehidupan hanya untuk Allah.
 
Karena itu, mereka disebut sebagai orang-orang berakal (ulul albab) yang berhak memberikan pengajaran kepada orang-orang beriman.
 
Ciri-ciri orang berakal telah disebutkan di dalam Al-Quran Surat Ali Imran : 190-191:
 
  1. Selalu berzikir;
  2. Selalu bertafakur;
  3. Selalu bertasbih;
  4. Selalu memohon perlindungan kepada Allah dari siksa api neraka (atas gangguan dan ajakan setan)
 
Semuanya dilakukan baik dalam keadaan berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.
 
Orang-orang berakal itu adalah orang-orang yang sangat dikehendaki oleh Allah. Dalam Al-Quran sering kita dapati kalimat: "...siapa yang Dia (Allah) kehendaki."
 
Mereka adalah orang-orang yang tunduk dan patuh mengikuti yang Allah kehendaki.
 
Salah satu yang Allah kehendaki kepada orang-orang berakal adalah Allah menganugerahkan al- hikmah kepadanya.
 
"Allah menganugerahkan al-hikmah (pemahaman yang mendalam tentang Al-Quran dan banyak hal lainnya) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." (QS. Al-Baqarah: 269).
 
'Karunia yang banyak' -- karena penganugerahan al-hikmah itu -- dianugerahkan oleh Allah kepada ulul albab (orang-orang berakal).
 
Jadi, orang-orang bertakwa itu adalah ahli zikir yang ahli hikmah. Hati-ruhaniah mereka selalu terhubung dengan Allah.
 
Karena itu, mereka selalu melakukan perjalanan ruhaniah menuju 'arasy Allah, atas perintah-Nya tentu saja.
 
Perjalanan atau thariqah mereka berada di jalan Allah yang lurus, bukan jalan bengkok yang disesatkan dan dimurkai. Itulah yang disebut thariqin mustaqim.
 
Maka, lengkaplah julukan untuk orang bertakwa yang sebenar-benar bertakwa itu adalah ahli zikir, ahli hikmah dan ahli thariqah. Untuk mengetahui lebih rinci, silakan baca: Ahli Zikir, Ahli Hikmah dan Ahli Tasawuf.
 
Dengan kedudukan itulah Allah telah menetapkan dia (orang bertakwa yang sebenar-benar bertakwa) sebagai wasilah atau guru ruhani yang mengajarkan (zikir, al-quran, al-hikmah dan thariqah) kepada orang-orang beriman yang berketetapan hati untuk mengikuti perintah Allah sebagai orang bertakwa.
 
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al-Ma'idah: 35)
 
Allah telah menegaskan untuk bertanya kepada ahli zikir (orang takwa) pada ayat berikut:
 
"Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada ahli zikir (orang-orang yang diberi ilmu oleh Allah), jika kamu tiada mengetahui." (QS. Al-Anbiya': 7).
 
Itulah kedudukan orang takwa yang telah dianugerahkan kepadanya keterangan-keterangan di dalam hatinya.

Makna Al-Quran Sebagai Bayyinat

Sekarang, apa makna dari Al-Quran sebagai bayyinat ?
 
Mari kita kaji dengan pertolongan dan petunjuk Allah.
 
Akal tak lagi mampu menjangkau perkara-perkara gaib. Sedangkan sebagai Tuhan Yang Maha Berkuasa lagi Maha Berkehendak, Allah sangat menghendaki bahwa Al-Quran harus dipedomani menjadi petunjuk bagi umat manusia.
 
Akan tetapi, sejak dahulu telah banyak umat manusia yang tidak mengimani Al-Quran. Telah diturunkan tetapi tidak dijadikan petunjuk.
 
Al-Quran pada kenyataannya hanya dapat dibaca, tetapi belum diambil hikmah apa yang ada di dalamnya.
 
Padahal, di dalam Al-Quran, Allah telah menerangkan bahwa Al-Quran itu penuh al-hikmah. "Al-Quranul hakim."
 
Kalaulah Allah menghendaki maka pastilah seluruh umat manusia akan mengimani, mempedomani dan mengamalkannya.
 
Akan tetapi, Allah hendak menguji.
 
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu," (QS. Al-Ma'idah: 48).
 
Ujian Allah telah diturunkan, tetapi juga tidak sedikit yang masih mengabaikan Al-Quran.
 
Kebenaran Al-Quran tidak dijadikan rujukan atau referensi. Kebanyakan manusia menggunakan Al-Quran didekati dengan pemikiran dan hawa nafsu.
 
Padahal, sudah sangat jelas bahwa kebenaran itu bukan milik produk pemikiran melainkan milik Allah.
 
 
Al-Quran yang membawa kebenaran itu telah diturunkan oleh Allah ke dalam hati Nabi Muhammad saw melalui perantaraan Jibril as.
 
"Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-Baqarah: 97).
 
Ya benar ke dalam hati Nabi saw Al-Quran itu diturunkan.
 
Sekarang, bagaimanakah hati umat Nabi saw?
 
Allah telah menerangkan bahwa orang-orang beriman hendaklah berzikir (menyebut nama Allah) di hati agar hatinya bersih sebagaimana hati Nabi yang mulia.
 
Dalam keadaan hati yang bersih lagi suci itulah Al-Quran akan diturunkan kepada mereka yang meyakini akan kebenaran firman Allah sebagai Hudan dan Bayyinat. Satu lagi, yang insya Allah akan saya bahas, yaitu Al-Furqan (pembeda antara yang hak dan batil).
 
Jadi, Al-Quran sebagai bayyinat adalah petunjuk-petunjuk Allah yang telah diterangkan di dalam Al-Quran (Kitab suci yang ada saat ini) akan diturunkan kembali ke dalam hati yang bersih lagi suci dalam wujud keterangan-keterangan sebagai takwil Allah atas ayat-ayat-Nya yang masih sulit dijangkau oleh pemahaman akal (ayat-ayat mutasyabihat).

2 thoughts on “Al-Quran Sebagai Keterangan-Keterangan Tentang Petunjuk (Bayyinat)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top