Al-Quran Sebagai Pembeda Antara Hak dan Batil (Al-Furqan)
al-quran sebagai al-furqan
 
Al-Quran sebagai pembeda antara hak dan batil (al-furqan). Adakah dia (al-quran) mampu berbuat seperti itu? Bagaimanakah sesungguhnya al-quran itu? Hidupkah dia? Jika al-quran sebagai pembeda antara hak dan batil, berarti dia itu layaknya seorang makhluk yang diberi kekuasaan oleh Allah mampu membedakan antara hak dan batil. Sekali lagi, bagaimanakah sesungguhnya al-quran sebagai pembeda antara hak dan batil itu?
 
Pertanyaan ini sangat berat dijawabnya, tetapi dengan pertolongan Allah tak ada sesuatu yang tak mungkin. Keniscayaan akan terjadi jika Allah sudah menghendaki.
 
Ini yang sulit untuk diyakini, padahal hidup ini bukan lagi dapat disangsikan akan kekuasaan Allah terhadap apa yang menjadi kehendaknya.
 
Silakan Anda baca dahulu: Kehendak Allah dalam al-quran

Al-Quran Itu Skenario Allah

Adakah al-quran itu merupakan skenario Allah dalam mendesain hidup dan kehidupan umat manusia di muka bumi?
 
Anda boleh jadi bertanya: Jika al-quran adalah skenario Allah, adakah aku memainkan perannya harus sesuai dengan skenario itu?
 
Seorang pemain skenario adalah seseorang yang dapat memainkannya dengan baik sebagaimana yang tercatat di dalam skenario itu.
 
Apa skenario Allah dalam kehidupan umat manusia ini? 
 
Al-quran telah menunjukkan untuk hal ini:
 
"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa." (QS. Al-Bqarah: 21).
 
Allah telah menetapkan sebuah perintah "menyembah" kepada umat manusia agar menjadi "bertakwa".
 
Adakah Allah telah menunjukkan bagaimanakah cara menyembah Allah hingga akhirnya orang-orang yang menyembah Allah itu menjadi orang bertakwa (tunduk dan patuh atas perintah dan larangan Allah)?
 
Atas kekuasaan dan kehendak-Nya, maka Allah swt telah menurunkan para utusan-Nya untuk menerangkan kepada umat manusia cara menyembah Allah.
 
Dari zaman ke zaman hingga akhirnya berakhir di zaman Baginda Nabi Muhammad saw, cara menyembah Allah itu telah banyak diterangkan oleh beliau saw. baik yang mahdhoh maupun yang ghoiru mahdhoh.
 
Untuk menjalankan ibadah sebagai bentuk penghambaan diri, maka Allah telah banyak mengatur di dalam al-quran.
 
Penghambaan diri (ibadah) ditujukan untuk menjadi bertakwa.  Allah telah memerintahkan kepada orang-orang beriman:
 
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri (muslim)." (QS. Ali Imran: 102).
 
Dan, ternyata, Allah swt sangat menghendaki untuk mencapai ketakwaan itu harus diantarkan dengan berjuang di jalan Allah melalui proses penyucian jiwa. Ini adalah skenario Allah
 
Jika skenario itu tidak diikuti, maka ibadah yang dilakukannya tidak akan mencapai derajat takwa yang sebenar-benar bertakwa kepada-Nya.

Al-Quran Petunjuk Bagi Orang Takwa

Sebagaimana yang telah diterangkan pada tulisan Al-Quran Sebagai Petunjuk, bahwa orang takwa itu hatinya bersih dari berbagai penyakit hati. Karena itu, Allah telah menegaskan bahwa petunjuk-Nya telah diturunkan ke dalam hati mereka.
 
"Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Baqarah: 5).
 
Atas kekuasaan dan kehendak Allah, maka apa yang telah difirmankan-Nya adalah kebenaran yang mutlak. Hanya orang-orang zalim yang mengingkarinya.
 
"Sebenarnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS. Al-Ankabut: 49).
 
Dengan petunjuk yang telah diturunkan oleh Allah di dada orang takwa, maka orang takwa juga mendapati takwil dari Allah yang menerangkan tentang ayat-ayat-Nya yang mutasyabihat.
 
Pada dada atau hati-ruhaniah orang takwa ada petunjuk dan keterangan-keterangan tentang petunjuk itu, Ada hudan dan ada bayyinat.
 
Untuk mengetahui istilah bayyinat, silakan Anda baca: Al-Quran Sebagai Bayyinat.  
 
Dengan keadaan jiwa yang dipenuhi petunjuk dan keterangan-keterangan tentang petunjuk itu, maka sesungguhnya Allah juga telah menyertakan kepadanya al furqan (pembeda antara hak dan batil).

Ada Al-Furqan di Hati Orang Takwa

Jika al-quran sudah menjadi ayat-ayat yang nyata di dada orang takwa, maka sudah dapat dipastikan Allah yang telah menerangkan ayat-Nya itu akan berlaku ketetapan hukum Allah bagi orang-orang bertakwa mendapatkan pengetahuan dari Allah atas perkara-perkara yang hak dan yang batil.
 
Kekuasaan Allah tak terbatas. Apa pun yang menjadi kehendak Allah pasti terjadinya.
 
Takkan ada lagi para pendusta (setan laknatullah 'alaih) di dalam hati orang takwa selain hanya ada Allah bersamanya. Allah telah rida kepadanya.
 
Dengan keridaan Allah itulah orang takwa yang sebenar-benar bertakwa mendapatkan bimbingan dan petunjuk langsung dari Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
 
Dia-lah Allah yang menjadi penjaganya. Pertolongan Allah diturunkan untuk melindungi dan menjaga orang-orang bertakwa sebenar-benar bertakwa kepada-Nya.
 
Tipu daya setan dipatahkan dengan kekuasaan Allah.
 
Hatinya selalu mendengarkan Allah berbicara. Hidupnya benar-benar hanya untuk Allah. Maka, tak ada satu pun makhluk-Nya yang berani untuk mengganggu mereka selain Allah yang akan melindunginya.
 
Dengan al-furqan di dalam dadanya, Allah-lah yang menunjuki mana yang hak dan mana yang batil. Tidak lagi merujuk pada kecerdasan otaknya melainkan pandangan baik menurut Allah dan pandangan buruk menurut Allah.
 
Allah-lah yang menjadi sandarannya, bukan pada selain-Nya.
 
Jika Anda ingin mengetahui bahaya akan ketergantungan kepada kecerdasan otak, silakan baca: Akal Cerdas Awas Bisikan Setan

One thought on “Al-Quran Sebagai Pembeda Antara Hak dan Batil (Al-Furqan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top