Adakah, dengan al-hikmah, sesuatu yang gaib itu benar-benar nyata? Dengan al-hikmah, Allah telah menyingkap perkara gaib (sulit dijangkau oleh penglihatan zahir) menjadi nyata.
Bagaimana ini?
Al-Hikmah, sekali lagi, adalah kunci jawabannya.
Ya, dengan al-hikmah sesuatu yang sulit dijangkau oleh akal sekali pun, persoalan gaib menjadi nyata. Apakah itu al hikmah, sebaiknya Anda simak tulisan berikut:
Menyingkap Kegaiban Menjadi Nyata
Bagi kebanyakan orang, persoalan gaib itu masih sulit untuk dapat dipahami secara nyata. Padahal, tidaklah demikian sesungguhnya.
Allah swt telah menyingkap hal-hal yang masih sulit dijangkau oleh akal kepada kaum yang yakin.
"Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin." (QS. Al-Baqarah: 118).
Bukan tidak mungkin atau musykil jika Allah telah menghendaki disingkapkannya persoalan-persoalan yang akal masih sulit untuk menjangkaunya.
Jadi, persoalannya terletak pada tingkat keimanan seseorang. Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah, pastilah dia orang-orang yang yakin.
Keyakinan seseorang tidak terukur dari hanya sekedar mengaku-aku telah beriman, melainkan dia akan benar-benar mengikuti apa yang menjadi kehendak Allah.
Tentu saja, hal keimanan yang dimaksud di sini patut untuk dibedakan dengan orang-orang yang telah bersekutu dengan iblis (musyrik).
Mereka, kaum musyrik, juga telah diberikan "cobaan" oleh Allah dengan terbukanya 'penglihatan' batin mereka atas persoalan-persoalan gaib.
Kaum musyrik sepertinya mengetahui banyak perkara gaib karena pengaruh iblis yang telah menguasai jiwanya.
Maka, sangat jelaslah bahwa kaum musyrik 'menyaksikan' persoalan gaib bukan datang dengan keridaan Allah, selain penglihatan batin mereka adalah penglihatan iblis yang telah menguasai jiwa mereka.
"Mata" mereka adalah mata iblis yang telah menyeruak ke dalam sel-sel darah yang terhubung ke dalam penglihatan saraf-saraf otak mereka. Seolah-olah mereka telah menyaksikan hal-hal gaib yang terlihat oleh mata batinnya.
Iblis tercipta atas kehendak Allah dari golongan jin sebagai makhluk gaib. Dan, Allah telah menerangkan bahwa mereka sesungguhnya tidak mengetahui perkara gaib.
Allah telah menunjukkan pada ayat-Nya berkaitan dengan jin yang tidak mengetahui hal-hal gaib.
"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan." (QS. Saba': 14).
Perkara gaib itu milik Allah. Dia-lah yang menguasai kunci-kunci semua yang gaib.
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz)." (QS. Al-An'am: 59).
Karena itu, jika Allah telah menghendaki kepada kaum yang yakin, sebagaimana telah diterangkan pada ayat di atas (QS. Al-Baqarah: 118), pastilah tidak sama dengan kaum musyrik.
Siapakah Kaum yang Yakin Itu?
Allah adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui isi hati. Maka, tak ada yang terlepas dari Pengetahuan Allah atas seluruh hati umat manusia, baik dia orang beriman atau tidak beriman.
Bagi orang-orang beriman, Allah hendak menguji mereka: "Apakah mereka benar-benar beriman?"
Dengan itulah Allah telah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk memperhatikan hatinya sendiri, dan Allah telah mengikatnya ketika hati-ruhaniah mereka berkata "Kami dengar dan kami taati."
"Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu)" (QS. Al-Ma'idah: 7).
Adakah orang-orang beriman memperhatikan bagaimanakah sesungguhnya Allah telah mengikat perjanjian dengan hati mereka?
Keimanan mereka telah terikat perjanjian dengan Allah pada hatinya, dengan perkataan mereka tersebut sebagai janjinya kepada Allah.
Sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta, Allah telah menerangkan kepada orang-orang beriman melalui Rasulullah saw bahwa perkara keimanan telah ditetapkan ada pada hati mereka yang telah terikat janji.
Bagi orang-orang beriman yang benar-benar beriman, maka mereka akan mengikuti apa yang telah diterangkan dan diperintahkan oleh Allah terkait keimanan pada hatinya. Inilah ayat Allah yang telah diturunkan untuk diikuti oleh orang-orang beriman.
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (QS. Al-A'raaf: 205).
Perjanjian Allah telah diikat ketika orang beriman telah berkata, "Kami dengar dan kami taati," dan Allah pun telah memerintahkan: "Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu)."
Orang-orang beriman yang yakin, bukan orang-orang beriman yang hanya mengaku-aku beriman, pasti memenuhi janjinya kepada Allah untuk mendengarkan hatinya berzikir menyebut asma Allah.
Kepada mereka, Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Mereka bukanlah tipikal orang-orang yang meragukan atas ayat-ayat Allah, selain apa yang telah diperintahkan oleh Allah atas hatinya untuk berzikir, betasbih dan selalu berlindung kepada Allah senantiasa dilakukan dengan sepenuh hati.
Mereka itulah yang disebut ulul albab (orang-orang berakal). Mereka-lah orang-orang yang dianugerahi al-hikmah oleh Allah. Untuk mengetahui ciri-ciri orang berakal, Anda dapat melihat QS. Ali Imran: 190-191.
Antara Gaib dan Nyata
Anda pasti masih sulit memahami persoalan gaib jika Allah belum menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada Anda.
Hal-hal gaib itu bukan tidak nyata, selain pikiran Anda masih berorientasi kepada hal-hal yang konkret saja.
Gaib itu sesungguhnya sangat nyata.
Pemahaman yang sangat sederhana di sini adalah bahwa nyata itu bukan khayal, selain nyata itu dapat dilihat secara kasat mata dan ada yang tidak tampak secara penglihatan zahir.
Contoh yang paling umum adalah angin. Anda dapat merasakan nyata angin itu ada, tetapi Anda tidak dapat melihat wujudnya.
Contoh lainnya adalah kuman dan virus. Mereka bukan tidak ada, tetapi sangat sulit mata Anda dapat melihatnya, selain harus menggunakan alat khusus untuk menjangkaunya.
Sedangkan "Nyata"-nya hal-hal gaib seperti jin, ruh dan malaikat untuk orang-orang beriman hanya berdasarkan atas keyakinan yang telah ditunjukkan oleh Allah di dalam hati. Jika hati seorang hamba masih gelap, maka hal-hal gaib itu seolah tiada.
Karena itu, untuk mengetahui hal-hal gaib, hati harus benar-benar bersih dari rongrongan dan hasutan setan laknatullah 'alaih yang bermuara di dada.
Melalui zikir khafi yang istiqamah, maka Allah pasti akan menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.***
3 thoughts on “Al-Hikmah: Menyingkap Kegaiban Menjadi Nyata”