Suatu keajaiban sekiranya ada seorang hamba yang masih dapat menyisihkan waktunya untuk melakukan proses "Penyucian Jiwa". Pada era seperti sekarang ini terasa sangat sulit apabila ditemukan ada seorang hamba yang benar-benar berjuang untuk melakukan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa).
Saya tidak tahu mengapa masih banyak orang-orang beriman berpandangan semacam itu. Al-Quran-nya sama, Nabi-nya sama, Tuhan-nya sama. Tetapi, pandangan atas apa yang diterangkan oleh Allah untuk berbuat kesalehan, seolah-olah bermuatan nilai yang tidak sama.
Adakah telah disadari, bahwa Allah swt telah memberi perintah kepada orang-orang beriman untuk bertakwa sebenar-benar bertakwa kepada-Nya? Sangat disayangkan jika masih ada orang-orang beriman yang belum mengetahui perintah Allah tersebut. Atau, sesungguhnya tahu, tapi tidak mau tahu? Inilah ayat-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri" (QS. Ali Imran: 102).
Janganlah dikatakan bahwa ayat ini hanya berlaku untuk orang-orang terdahulu. Dengan dasar hukum mana jika dinyatakan ayat ini hanya berlaku untuk orang-orang yang hadir di zaman Nabi saw? Adakah juga, bahwa ayat ini hanya dapat terjadi bagi orang-orang yang lahir sesudah Nabi, tetapi tidak untuk era saat ini. Sangat tidak beralasan atas perkataan tersebut.
Hanya orang-orang zalim saja yang berani menolak ayat tersebut berlaku untuk orang-orang beriman sejak diturunkan ayat tersebut hingga akhir zaman. Adakah mereka (orang-orang zalim) berani membuktikan atas keangkuhannya siap menerima hukuman dari Allah? Pasti dan tak ada seorang pun yang akan mampu menghadapi azab dari Allah azza wa jalla.
Maka, sangat jelas bahwa untuk orang-orang beriman telah menyadari akan perintah Allah tersebut. Jika masih ada yang tidak mengindahkan ayat tersebut, tidaklah berarti tidak berlaku lagi ayat tersebut untuk orang-orang yang sedang benar-benar berjuang di jalan Allah. Adakah orang-orang zalim telah menyadari hal demikian?
Adakah seandainya Allah berbuat bajik untuk menolong orang-orang beriman yang berjuang di jalan-Nya? Niscayakah Allah dapat berbuat untuk menunjuki ke jalan-Nya yang lurus bagi orang-orang beriman yang sungguh-sungguh berjuang memenuhi kehendak Allah? Bagaimana pula orang-orang zalim dapat menolak keniscayaan tersebut?
Orang Takwa Adalah Orang Suci
Perbuatan untuk menyucikan jiwa sangat dibutuhkan agar mencapai derajat Takwa. Ketakwaan seorang hamba takkan mungkin dapat terwujud bila di dalam hatinya berpenyakit, tidak bersih dari berbagai penyakit hati.
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu" (QS. Asy-syams: 9).
Ayat tersebut adalah keterangan atas ayat sebelumnya:
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya" (QS. Asy-Syams: 8).
Allah menegaskan bahwa Diri-Nya mengilhamkan kepada jiwa itu ketakwaan disebabkan karena jiwa itu suci. Sedangkan pada jiwa yang diilhamkan ke dalamnya kefasikan, Allah menerangkannya demikian:
"dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (QS. Asy-Syams: 10).Perintah Allah Untuk Berzikir di Hati
Bagaimanakah caranya menyucikan jiwa itu? Adakah ayat-ayat Allah dapat menerangkan suatu perbuatan sedemikian hingga apa yang diperbuat oleh seorang hamba hatinya menjadi suci-bersih dari berbagai penyakit hati? Jawabnya sangat jelas, yakni hatilah yang harus menjalankannya.
Adalah Dia (Allah) telah menerangkan di dalam Al-Quran:
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta" (QS. Al-Baqarah: 9).
Apa yang disebut sebagai penyakit hati lebih disebabkan karena apa yang ada di hatinya tidak sama dengan di lisannya (yang diucapkannya). Allah menyebutnya, disebabkan mereka berdusta. Bagi mereka yang berpenyakit di dalam hatinya, apakah diberi peringatan atau tidak diberi peringatan, mereka tidak beriman sekali pun di lisan mereka berkata: "aku beriman kepada Allah dan Hari Akhir."
Atas dasar itulah Allah sangat menghendaki agar orang-orang beriman, bukan sekedar mengaku beriman, untuk mengingat Allah di hati.
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (QS. Al-A'raaf: 205).
Berzikir di hati, bukan di lisan, atau yang lebih dikenal dengan zikir khafi, dengan begitu telah diwajibkan oleh Allah karena Dia (Allah) telah memberi perintah untuk melakukannya. Pada hati yang berzikir akan dirasakan ketenangannya langsung oleh hati itu sendiri. "Hati" atau qalbun (atau disebut juga dengan istilah 'nafs' atau 'shudur') akan tetap merasakan tenteram karena berzikir (mengingat Allah dengan menyebut asma-Nya) secara istiqamah. Hanya dengan berzikir di hati, hati menjadi tenteram atau tenang.
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Ra'd: 28).
Untuk mencapai keistiqamahan tenteramnya hati, maka Allah memerintahkan agar berzikir di setiap keadaan dan waktu:
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman" (QS. An-Nisa: 103).
Pada jiwa atau hati yang tenang atau tenteram, Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana akan menambahkan keimanannya (dari keimanan yang telah ada sebelumnya).
"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana," (QS. Al-Fath: 4)
Maka, sangat jelaslah hubungan orang yang menyucikan jiwanya melalui berzikir di hati (zikir khafi), yang dilakukan secara istiqamah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring, dengan meningkatnya keimanan dirinya kepada Allah sebagai wujud adanya tanda-tanda ketakwaaan pada jiwa seorang hamba yang selalu berzikir tersebut. ***
----------------------------------- Mengapa harus zikir khafi untuk melakukan proses penyucian jiwa itu? Silakan Anda simak tulisan:
Bagaimanakah zikir khafi itu memiliki keutamaan? Untuk mengetahui lebih rinci, kami telah menyiapkan ebook untuk Anda.
17 thoughts on “Penyucian Jiwa Melalui Zikir Khafi”