Pola pikir liberal dan berbasis hati adalah dua jenis pola pikir yang memiliki perbedaan arah. Berpikir positif dapat mengajak seseorang menjadi lebih tercerahkan daripada berpikir negatif. Pengaruhnya dapat menguatkan jiwa semakin bertambah positif juga. Pola pikir yang diterapkan dalam kehidupan sepatutnya dapat berdampak positif, bukan negatif. Secara teknis, sebenarnya berpikir dapat diarahkan untuk menghasilkan yang terbaik, bukan yang terburuk. Caranya adalah dengan berubahnya pola pikir liberal menuju pola pikir berbasis hati.
Jenis Pola Pikir Manusia
1. Pola Pikir Liberal
Pola pikir liberal (bebas tanpa mengikuti aturan) sesungguhnya berpikir yang lebih membiarkan seseorang tanpa mengenal hukum-hukum yang melandaskan kepada baik atau buruknya seseorang mengemukakan gagasan-gagasannya. Dampak buruknya dapat mengancam pada sistem kerja otak yang digunakan untuk berpikir liberal tersebut.
Itulah sebabnya para pemikir bebas, tanpa berdasarkan pada norma-norma yang mengikat dirinya untuk menjadi orang yang lebih baik, cenderung mudah mengalami keguncangan jiwa. Jeratan hukum yang bersifat normatif akan mendera jiwanya tanpa dia sadari.
Silakan baca terlebih dahulu:
Akhlak Pezikir dan Pemikir
Para pemikir bebas tidak menempatkan segala yang dipikirkannya didasarkan atas pertimbangan hatinya sendiri (yang cenderung memiliki pertimbangan normatif), selain apa yang terdapat dalam dunia yang menjadi acuannya. Bebas tidak terikat hukum-hukum Tuhan.
Akhlak yang muncul tidak lagi mengacu pada hukum atau syariat agama (hukum Islam), melainkan lebih condong kepada hawa nafsunya. Pasti, jika dalam kondisi semacam itu, cenderung selalu mengarah kepada perbuatan jahat. Cobalah perhatikan ayat berikut tentang penetapan hukum Allah atas hawa nafsu manusia:
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Yusuf: 53).
Hukum Allah dalam penciptaan manusia ini tidak dapat berubah, selain Allah sendiri yang dapat mengubahnya. Siapa pun takkan mampu untuk menghindar dari ketetapan Allah tersebut. Oleh karena itu, berpikir yang dapat mengantarkan kepada tercurahkannya rahmat Allah adalah berpikir dengan menerapkan pola hati (Pola Pikir Berbasis Hati).
2. Pola Pikir Berbasis Hati
Jika berpikir bebas dapat menghasilkan keguncangan jiwa, maka berpikir dengan pola hati akan dapat menenangkan jiwa. Dasar hukumnya tetap mengacu kepada ketentuan hukum Allah sebagaimana tersebut pada ayat di atas.
"..., kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku..."
Dengan bersandar pada ayat tersebut, maka orang yang berpikir tidak melepas pada rahmat Allah dia akan mendapati jiwanya menjadi tenang. Berpikir dengan pola hati disandarkan pada apa yang ada di hatinya diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Ayat-ayat Allah terukur di dalam hatinya sejalan dengan kapasitas hati yang dapat menghasilkan nilai-nilai kebenaran.
Dengan terdukung hati yang telah diperintahkan oleh Allah untuk berzikir (lihat QS. Al-A'raaf: 205), maka berpikir dalam kondisi hati berzikir dapat mengubah fungsionalitas akal untuk mau mendengarkan apa yang ada di hati.
Perhatiannya penuh untuk mendengarkan hati diperbuat oleh akal pikirannya. Kekuatan memikirkan (bukan mendengarkan) dunia diperlemah karena mau mendengarkan hatinya. Efek positif akan segera terbangun karena lebih memilih mendengarkan hati berzikir. Akal yang demikian adalah akal yang tidak angkuh, melainkan akal yang bijaksana.
Jika hal demikian dilakukan secara istiqamah (terus menerus) saat berdiri, duduk dan berbaring, maka pastilah Allah akan membalasnya dengan menganugerahkan Al-Hikmah kepadanya. Kedudukannya tidak lagi menjadi pemikir, tetapi menjadi pezikir (mendengarkan zikir) di hati (pezikir khafi). Orang-orang yang selalu dalam keadaan berzikir semacam itu, disebut oleh Allah sebagai
ulul albab (orang-orang berakal) (lihat QS. Ali Imran: 190-191).
Sesungguhnya hal yang demikian telah diterangkan oleh Allah, bahwa manusia telah terikat perjanjian dengan Allah untuk
"Kami dengar dan kami taati" . Berikut ayat yang telah menerangkan hal tersebut:
"Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu)" (QS. Al-Ma'idah: 7).
Dengan kata lain, berpikir dengan pola hati adalah akal pikiran yang bersedia mendengarkan apa kata hati. Tentu saja, hati yang tidak pernah melupakan Allah di hati.
Its like you read my mind! You seem to know a lot about
this, like you wrote the book in it or something.
I think that you could do with a few pics to drive the
message home a little bit, but other than that, this is wonderful blog.
A great read. I will definitely be back.
Brother, changing one's consciousness in thinking is of course due to the conditions that allow the change to occur itself.
You are included. Alhamdulillah.
And, I have to express my gratitude for your suggestion to give a little picture by displaying the image or photo on this page.
May you always be given brightness in living life and life.