Jangan Terlena dengan Dunia

 
Kalau dunia yang fana ini dapat dipahami pembicaraannya, maka setiap diri yang hidup di dalamnya akan bergetar ketika dunia berkata:
 
"Wahai anak cucu Adam a.s, aku adalah saksi yang diciptakan oleh Allah untuk menyediakan apa yang kau inginkan dariku. Akan tetapi, aku hanya singgah hingga waktuku habis bersama kalian, yaitu ketika Hari Berbangkit itu tiba. Maka, janganlah kau terlena denganku. Segeralah kau bersiap-siap untuk Harimu yang sudah ditetapkan kepastiannya untuk waktu yang abadi selama-lamanya."
 
Hidup di dunia tanpa persiapan sebagaimana telah diterangkan Allah di dalam Al-Quran dan hadis Nabi-Nya SAW, maka hanyalah kesia-siaan jika terlampau berlebihan menikmatinya, terlena dengan dunia sedemikian hingga mengabaikan keutamaan yang harus diraihnya.

Tiada Perintah Mencari Kenikmatan Duniawi

Allah SWT berfirman:
 
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (QS. Al-Qashash: 77).
 
Ayat Allah ini sangat jelas menerangkan untuk 'mencari' (kebahagiaan) negeri akhirat dari apa yang sudah Allah anugerahkan kepada umat manusia (terutama diarahkan untuk orang-orang beriman), bukan untuk 'mencari' (kenikmatan) duniawi. Hidup di dunia ini hanya cukup menikmati dari apa yang telah menjadi bagian yang disediakan Allah untuk manusia secara halal lagi baik (halalan toyibah).

Bahagia Hidup di Dunia Harus Dicari

Maka, berkah pun akan segera diraih sekiranya bahagia hidup di dunia harus dicari. Sekiranya tidak dicari, maka yang didapatkan adalah lebih banyak kemudaratannya. Keutamaan hati telah diterangkan oleh Allah sebagai bagian yang tak lepas dari keberadaan manusia (orang-orang beriman) yang hidup di dunia.
 
Allah telah menunjuki ke hatilah kaum Mukmin harus 'mencari' kebahagiaan. Tak ada yang dapat meraihnya (kebahagiaan itu) jika hatinya tidak tenteram. Di sinilah kuncinya jika harus 'mencari.'
 
Karena itu, Allah Yang Maha Mulia telah memerintahkan untuk berzikir di dalam hati.
 
"Dan sebutlah nama Tuhanmu di hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raaf: 205).
 
"Ingatlah hanya dengan berzikir (di dalam hati), hati menjadi tenteram". (QS. Ar-Ra'd: 28)
 
Dan inilah cara yang terbaik mengisi hidup di dunia.

Dimulai dengan Mendengarkan Hati

Petunjuk Allah di dalam al-quran ini sangat jelas, maka tak perlu harus berpikir panjang untuk segera mengamalkannya. Cobalah dimulai dengan kesediaan akal untuk mendengarkan hati.
 
Terus dengarkan hati hingga ada suara hati menyebut asma Allah. Upayakan agar akal tak lagi memikirkan yang tidak perlu, selain tambahkan waktu untuk terus mendengarkan hati berzikir.
 
Inilah cara yang terbaik untuk mengisi hidup di dunia, menggapai ketenteraman hati kapan dan di mana pun. Melalui zikir khofi, berbagai aktivitas dalam kehidupan tidak lagi selalu berorientasi pada kepentingan dunia, melainkan berharap memperoleh keridaan Allah swt.
 
Keinginan setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia sesungguhnya telah dipersiapkan oleh Allah. Setiap jiwa ada bahagiaannya untuk dapat dinikmati, sebagaimana diterangkan Allah pada QS. Al-Qashash: 77.
 
“dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi ”

Hanya Pada Hati yang Tenang Kehidupan Dunia Dapat Dinikmati

Akan tetapi, hal penting yang seharusnya diperhatikan dalam kehidupan di dunia ini, bahwa terasa sangat sulit diterima jika kenikmatan hidup di dunia dengan mudah didapatkan sekiranya jiwanya tidak tenang. Kenyataan yang tak terbantahkan adalah hanya pada jiwa atau hati yang tenanglah kehidupan dunia ini benar-benar dapat dinikmati.
 
Karena itu, akal kaum Mukmin harus benar-benar memperhatikan hatinya jika berharap menemui kondisi jiwa yang tenang. Pada hati yang berzikir karena adanya kesediaan akal untuk mendengarkan secara aktif, tentu saja, meniscayakan Allah menurunkan ketenteraman di dalam hatinya.
 
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenteraman ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (QS. Al-Fath:4).
 
Allah lah yang menurunkan ketenteraman ke dalam hati orang-orang beriman. Perintah Allah kepada kaum Mukmin untuk berzikir sebanyak-banyaknya di dalam hati dimaksudkan agar perjumpaan dengan Diri-Nya sungguh-sungguh benar terjadinya.

Bekal Hidup yang Membahagiakan di Hari Kemudian

Pembekalan untuk hidup yang membahagiakan di Hari Kemudian hanya dapat dicapai jika seorang hamba benar-benar tidak melupakan Allah di hatinya. Dia lah yang telah memerintahkan kepada kaum Mukmin untuk selalu mengingat Allah di hati.
 
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hadid: 16).
 
Karena itu, jika kaum Mukmin bersungguh-sungguh mengikuti perintah Allah untuk tidak lagi melupakan Allah di dalam hati, maka kebahagiaan hidup di negeri akhirat (surga) sudah dapat dipastikan diraihnya saat di dunia ini. Dan, tentu saja, hidup di dunia ini benar-benar dapat dinikmati karena tidak ada lagi beban pikiran, selain yang ada hanyalah hati selalu berzikir hingga jiwanya benar-benar tenang.
 
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”,/em> (QS. Al-Fajr: 27 - 30).

Ayat-ayat Allah Itu Sangat Nyata

Ayat-ayat Allah itu sangat nyata, “ayatun mubin.” Karena itu, untuk membuktikan kebenaran atas ayat-ayat Allah, setiap jiwa dapat mengamalkannya dengan tanpa keraguan.
 
Jika Allah telah memerintahkan kepada kaum Mukmin berzikir, maka tak patut bertanya apakah benar bahwa orang yang berzikir itu hatinya menjadi tenang, sedangkan dia tidak melakukannya.
 
Berbuatlah lebih dahulu, baru akan diketahui bagaimana hasilnya. Prosesnya harus diikuti dengan khidmat, penuh keimanan dan keikhlasan, jauh sebelum Allah menetapkan hasilnya.
 
Jangan ragukan Allah atas apa yang telah difirmankan di dalam Kitab Suci-Nya, Al-Quran. Allah selalu menepati janji-Nya.
 
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ali Imran: 9).
***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top