Siapa Sebenarnya Orang Saleh Itu?
Siapa Sebenarnya Orang Saleh Itu
 
 
Siapa sebenarnya orang saleh itu?
 
Orang saleh adalah orang yang selalu berjuang untuk menegakkan agama Allah. Tidak mudah putus asa berada di jalan yang lurus. Kekuatan imannya diletakkan pada nilai-nilai kebenaran yang diterangkan Allah di dalam Al-Quranul Karim dan hadis Nabi saw. Dan, tentu saja, Allah senantiasa mengajarkan kepadanya akan hakikat kebenaran.
 
Karena itu, salah satu wujud menegakkan agama Allah adalah kesetiaannya terhadap perintah dan larangan Allah. Belumlah disebut telah menegakkan agama Allah sekiranya seseorang baru menjalankan perintah Allah tetapi tidak sanggup meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
 
Mengapa?
 
Pencampuran antara hak dan batil bukanlah kriteria kesalehan. Kebenaran tidak berada di dalam ketidakkonsistenan dalam menyikapi apa yang dikehendaki Allah.

Konsisten Antara Perbuatan dengan Nilai-nilai Kebenaran

Karena itu, kesalehan seseorang ditunjukkan dengan kekonsistenan apa yang diperbuat -- perkataan lisan dan tingkah lakunya -- dengan nilai-nilai kebenaran yang diajarkan Allah ke dalam hatinya.
 
Jika, misalnya, apa yang diperbuat seseorang di wilayah zahiriah seolah benar, sedangkan hatinya mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu adalah sebuah tipuan, tentu perbuatan orang tersebut bukanlah termasuk perbuatan menegakkan agama Allah. Contoh yang paling sering dilakukan adalah riya -- berbuat baik ingin meraih pujian dari orang lain, tidak dilandaskan sejalan dengan kehendak Allah atau ikhlas karena Allah.
 
Itulah sebabnya orang yang tidak konsisten kerap kali mudah terseret kepada kelihaian iblis merayu untuk berbuat 'seolah-olah' baik. Ketidakcermatan terhadap bisikan hatinya dapat menggeser nilai-nilai keimanan kepada kemunafikan dan kemusyrikan. Hati yang kotor atau hati yang berpenyakit karena tidak disucikan jiwanya, maka berpengaruh terhadap perkataan dan tingkah lakunya.
 
Allah berfirman:
 
"sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. As-Syams: 9-10).

Cara Ampuh Menyucikan Jiwa

Jika Allah telah menerangkannya di dalam Al-Quran, maka berbuat menyucikan jiwa tak lagi dapat dihindari.
 
Menyucikan jiwa adalah sebuah proses untuk membebaskan diri dari segala bentuk kejahatan makhluk, baik golongan jin (iblis) maupun manusia (hawa nafsu) yang dihembuskan di dalam dada. Cara yang paling ampuh untuk menyucikan jiwa adalah dengan mengaktifkan hati berzikir di setiap keadaan dan waktu.
 
Karena itu, semakin jauh hati dari mengingat Allah (zikrullah) dengan sebanyak-banyaknya di setiap keadaan dan waktu -- berdiri, duduk dan berbaring pada pagi, petang, siang dan malam hari -- maka semakin berpeluang besar setan membisik-bisik kejahatan pada dada (ruhaniah) manusia.
 
Keniscayaan berjuang menyucikan jiwa janganlah dipandang mustahil dapat terjadi. Hanya orang-orang yang selalu ragu dalam menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan apa yang dilarang-Nya -- menyucikan jiwa dan tidak mengotorinya -- akan tenggelam di dalam kemunafikan.
 
Maka, tidaklah salat dan berzikir seorang munafik -- yang selalu ragu-ragu -- selain apa yang telah diterangkan oleh Allah di dalam Al-Quran berikut ini:
 
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya" (QS. An-Nisa: 142-143).
 
Jadi, sangat jelas, tanpa perjuangan untuk melawan kebatilan di dalam diri sendiri -- sebagaimana telah ditegaskan oleh Nabi yang mulia saw: “jihadul akbar jihadun nafs” -- melalui zikir yang sebanyak-banyaknya (QS. Al-Ahzab: 41) yang dilakukan secara ikhlas di dalam hati (Qs. Al-A'raaf: 205) di saat berdiri, duduk dan berbaring (QS. An-Nisa: 103) akan sulit meraih ketenteram jiwa (QS. Ar-Ra'd: 28).
 
Orang-orang yang tenteram jiwanya akan ditambah keimanannya oleh Allah (QS. Al-Fath: 4). Dan inilah hakikat dari berzikir di dalam hati, yakni hati menjadi tenteram dan meningkat keimanannya.
 
Alhasil, jika hakikat berzikir diraih, maka hakikat salat -- mencegah perbuatan keji dan mungkar; juga khusyu atau mengingat Allah di dalam salatnya -- sebagaimana yang dikehendaki Allah pun akan dapat diraih, seperti keterangan Allah pada dua ayat berikut ini:
 
 
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al Quran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Kabut: 45).
 
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku" (QS. Thaha: 14). ***
________________
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top