Cara Meraih Husnul Khatimah
Cara Meraih Husnul Khatimah
 
Meraih husnul khatimah atau akhir hidup yang baik menjadi tujuan orang-orang beriman saat menyadari adanya kesulitan untuk istiqamah berada di jalan yang lurus.
 
Awal kehidupan seorang bayi sangat jelas tak memiliki sejumlah keinginan untuk kehidupan yang lebih baik, selain seluruh kebutuhannya telah tertanggung oleh kedua orang tuanya. Datangnya kesulitan yang dialami kedua orang tuanya pun tak pernah dipikirkan oleh seorang bayi. Usia ternyata sangat menentukan perbedaan cara pandang manusia dalam menempuh kehidupan.
 

Perjalanan Hidup di Dunia

 
Bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia adalah tahapan atau periode waktu seorang manusia dalam menempuh perjalanan hidup di dunia. Tak ada pada bayi dan anak-anak terbebani untuk menjalankan kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah azza wa jalla. Mereka relatif tidak ada amal saleh yang harus diperjuangkan, selain kecenderungan untuk memilih caranya sendiri dalam hidup lebih besar.
 
Secara syar'i mereka belum dikenakan untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang hamba untuk hanya menyembah kepada Allah. Terhitung mulai akil balig, beban kewajiban mereka baru mulai diperhatikan dan dicatat oleh kedua malaikat. Sejak itu mereka berada dalam perhatian Allah swt.
 
Sekiranya mereka terlahir dari keluarga muslim, maka kedua orang tuanya-lah yang pertama-tama memiliki andil besar dalam menentukan arah hidup anak-anaknya sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya saw. Tentu saja sangat beruntung bagi anak-anak yang kedua orang tuanya memberikan perhatian yang besar terhadap kepastian keimanan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya saw. Setiap langkah kehidupan di dunia tak pernah dibiarkan, selain kedua orang tuanya berupaya dengan pertolongan Allah mendidik dan mengarahkan kepada jalan yang lurus.
 
Dalam pergaulan di tengah masyarakat, anak-anaknya secara terus menerus diperhatikan agar tetap istiqamah di jalan Allah. Setiap perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya saw diperkenalkan dan diperjuangkan untuk ditaati dengan setulus hati (ikhlas). Proses pembelajaran kepada mereka benar-benar merupakan tugas dan kewajiban kedua orang tuanya yang, tentu saja, merupakan hak anak-anaknya. Tugas kedua orang tuanya-lah yang sangat berpengaruh terhadap kiprah anak-anaknya dalam menempuh kehidupan sebagai seorang hamba Allah.
 
Jika itu terus berlangsung, maka pastilah dampak positif kehidupan anak sangat berpengaruh terhadap kualitas keimanan mereka. Rumah merupakan madrasah (sekolah) bagi anak-anak yang pertama dan utama. Keterlibatan orang tua dalam mendidik dan mengarahkan anak-anak ke jalan yang benar sangat besar peluangnya sekiranya rumah dijadikan tempat persinggahan yang menyejukkan jiwa mereka.
 
Perjuangan untuk mengantarkan pada kedewasaan anak-anak mulai terlihat di dalam lingkungan keluarga muslim. Sejak dari rumah keberadaan mereka harus dipantau dan diawasi, sedemikian hingga ketika berada di tengah lingkungan di luar rumah mereka telah siap dengan akhlak yang sudah terbentuk. Pembekalan yang sudah cukup memadai untuk mereka berkiprah di luar lingkungan rumah.
 
Adakah setelah beranjak dewasa mereka telah memiliki tanggung jawabnya sendiri dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang muslim? Sepatutnya mereka telah memiliki kemampuan untuk mengenal mana yang hak dan mana yang batil. Biarkan mereka belajar berjuang dengan kemampuannya sendiri. Keberadaan orang tua atas mereka hanyalah mendukung kepada kebaikan dan mendoakan mereka agar ditolong dan dibimbing oleh Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.
 
Adalah Dia (Allah) Tuhan Yang Maha Baik lagi Maha Penolong. Ajakan untuk beriman dan beramal saleh telah diundangkan kepada semua orang yang beriman. Kehadiran seorang muslim di dunia telah terikat perjanjian untuk tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya saw. Perjuangan untuk tetap taat tidak dapat tertolak dari keberadaan mereka di alam yang fana ini.
 
Doa dan perhatian orang tua kepada anak-anaknya yang telah menjadi muslim dewasa tidaklah sia-sia. Kewenangan orang tua sudah dilepas dari mereka dalam bimbingan dan keridaan Allah. Harapan untuk mereka menjadi muslim yang istiqamah berada di jalan yang lurus sepanjang kehidupannya tak membebani lagi kedua orang tuanya. Kini tinggallah mereka berjuang dengan sungguh-sungguh untuk meraih derajat takwa kepada Allah dengan sebenar-benar bertakwa kepada-Nya.
 

Meraih Akhir Kehidupan yang Baik (Husnul Khatimah)

 
Jalan untuk menuju akhir kehidupan yang baik (husnul khatimah) terbuka lebar bagi mereka. Sulit akan mendapati keistiqamahan di jalan yang diridai Allah jika tidak ditanamkan kepada jiwa anak-anak untuk beriman dan beramal saleh sejak mereka kecil. Anda pasti juga dapat merasakan betapa sulitnya untuk berjuang di jalan Allah jika baru mulai setelah dewasa, sedangkan di masa kecil Anda tidak begitu peduli pada keimanan dan keyakinan atas kebenaran agama Allah.
 
Akan tetapi, jika Allah hendak berbuat bajik, maka bukan mustahil Anda diberi kekuatan oleh Allah untuk berjuang dengan sungguh-sungguh. Bermula pada ketidakmengertian Anda, bahwa hidup adalah perjalanan menuju puncak keridaan Allah, maka tak ada waktu jika hidayah turun kepada Anda di usia dewasa atau lansia membiarkannya, selain Anda harus sungguh-sungguh memperjuangkannya. Kesempatan untuk meraih husnul khatimah sangat berharga jangan dibiarkan begitu saja.
 
Berharap untuk mendapatkan akhir hidup yang baik (husnul khatimah) bukanlah dibiarkan tanpa perjuangan. “Happy Ending” hidup seorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya saw adalah berakhir dengan keadaan jiwa yang tenteram (nafsul muthmainnah). Karena itu, bukanlah disebut seorang hamba berada pada akhir hidup yang baik jika jiwanya belum juga tenang.
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. Al-Fajr: 27-30).
 
Dengan sangat bijaksana Allah telah menerangkan cara untuk meraih ketenangan jiwa di dalam ayat-Nya:
 
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28). 
 
Dengan kata lain, untuk meraih husnul khatimah sangat dibutuhkan perjuangan agar tidak melupakan Allah dalam kehidupan orang-orang beriman.
 
 
Betapa besar perjuangan untuk meraih husnul khatimah. Keadaan yang sungguh sangat menenangkan memang harus terwujud dalam hidup dan kehidupan. Kekuatan manusia untuk melawan kebatilan dirasakan sangat berat bila tidak ditolong oleh Allah.
 
Karena itu, berjuang agar tetap istiqamah berzikir di hati atau zikir khafi tak lagi dibiarkan. Husnul khatimah kehidupan kaum mukmin adalah nafsul muthmainnah.
 
Bagaimanakah niat Anda berzikir akan menentukan sikap Anda untuk berjuang meraih husnul khatimah. Kuncinya adalah jiwa tenang hanya akan terwujud jika mampu dengan bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu.
 
Strategi memerangi hawa nafsu harus ditanamkan di dalam jiwa. Rasulullah saw telah memproklamirkan perang terbesar adalah memerangi hawa nafsu.
 
Betapa sulitnya memerangi hawa nafsu. Maka, berzikir di dalam hati adalah strategi perang yang akan membantu jiwa menjadi tenang. Kebutuhan untuk husnul khatimah sangat jelas melalui istiqamah dalam berzikir di dalam hati (zikir khafi).
 
Berperang melawan hawa nafsu harus tersimpan dalam hati sanubari. Berbuat untuk menjaga agar tidak ada bisikan setan dari golongan jin dan manusia harus sudah diupayakan sedini mungkin.
 
Resiko untuk tidak lagi bersenang-senang dan bermain-main dalam hidup dan kehidupan sudah harus terjaga.
 
Kekuatan jiwa untuk meraih husnul khatimah memang demikian adanya. Jika diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, pastilah Allah tidak akan membiarkan selain akan menolong dengan penuh kasih sayang.***   
   
   
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top