Makna Beriman Kepada yang Ghaib
Makna Beriman Kepada yang Ghaib
Makna beriman kepada yang ghaib bukan berarti harus mempelajari keberadaan jin atau makhluk gaib lainnya. Beriman kepada yang ghaib bermakna meyakini akan keluasan ilmu Allah atas perbuatannya yang sangat sulit dijangkau oleh akal pikiran. Keluasan ilmu-Nya tidak diletakkan pada keinginan-keinginan syahwat (hawa nafsu), melainkan pada keimanan dan ketakwaan.
 
Allah-lah yang menganugerahkan keluasan ilmu-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, bukan hamba-Nya yang memaksakan Allah memenuhi keinginannya mendapatkan keluasan ilmu Allah. Takkan diperoleh keluasan kasih sayang (rahmat) Allah jika beribadah untuk kepentingan hawa nafsu. Belajar dengan perantaraan Al-Quran dan Rasul-Nya adalah ajaran kebenaran. Al-Quran telah banyak menerangkan bagaimana Allah memenuhi janji-Nya kepada orang-orang bertakwa.
 
Kepada mereka (kaum takwa), Allah menunjuki secara langsung ke dalam jiwanya (Al-Hikmah). 
 
"Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung" (QS. Al-Baqarah: 5). 
 
Tanpa harus mempelajari ilmu ghaib, jika telah bersungguh-sungguh berjuang di jalan Allah dengan ikhlas, tanpa pamrih (berkeinginan diberi jika beribadah), maka pastilah Allah menunjukinya ke jalan-Nya yang lurus. Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki (orang-orang bertakwa).
 
Orang-orang bertakwa bukanlah tipikal orang-orang yang musyrik, fasik dan munafik. Sudah pasti. Karena itu, ketundukan dan kepatuhan terhadap segala yang menjadi perintah dan larangan Allah diikuti tanpa terpaksa dan merasa lelah dan letih. 
 
Maka, sangat aneh jika ada sebagian orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh mempelajari ilmu ghaib, sedangkan mereka tidak mengetahuinya. Berlelah-lelah mempelajari ilmu ghaib jelas tidak sama dengan bersungguh-sungguh berjuang di jalan Allah.
 
Belajar tanpa bimbingan dan petunjuk dari Allah melalui perantaraan (wasilah) orang-orang yang Allah rida kepadanya, akan mempersulit pengetahuan yang tidak terjangkau oleh keterbatasan akal manusia (gaib). 
 
"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar" (QS. Ali Imran: 179).
 
Akhir dari ayat di atas sangat jelas, "Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar" bahwa kaum mukmin hanya diperintahkan untuk beriman dan bertakwa. 
 
Perihal ghaib hanya ditujukan kepada rasul-rasul-Nya. Jika mengikuti Rasulullah saw yang telah mengajarkan Al-Quran, Al-Hikmah, menyucikan jiwa umatnya, dan mengajarkan dari yang tidak diketahui umatnya, maka Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana pasti membalasnya dengan keluasan kasih sayang (rahmat) dan keluasan ilmu-Nya (lihat QS. Al-Baqarah: 151; QS. Ali Imran: 164).
 
Untuk meraih apa yang telah diterangkan oleh Allah pada ayat di atas, dibutuhkan perjuangan dengan sungguh-sungguh. Melalui orang-orang yang telah mendapati Al-Hikmah (lihat QS. Al-Baqarah: 269) karena ketundukan dan kepatuhan jiwanya atau hatinya atau dirinya atau ruhnya berzikir, bertasbih, berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk di setiap berdirinya, duduknya dan berbaringnya, maka sesungguhnya sama saja (dengan wasilah kepadanya) orang-orang beriman telah berjuang untuk mendekati-Nya. 
 
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan" (QS. Al-Ma'idah: 35).
Carilah wasilah adalah perintah Allah kepada orang-orang beriman untuk bertakwa, bukan untuk mencari pengetahuan ghaib. Maka, mencari wasilah yang mengantarkan untuk mempelajari ilmu gaib bukanlah sebagaimana yang ditunjuk pada ayat tersebut. 
 
Mencari wasilah (perantaraan atau jalan) untuk mendekati Allah dengan berjuang secara sungguh-sungguh dibutuhkan petunjuk dari Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Mengetahui. Keluasan ilmu Allah diajarkan kepada orang-orang yang ditunjuk pada kedua ayat ini: 
 
"Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada ahli zikir (orang-orang yang mendapati keluasan ilmu Allah), jika kamu tiada mengetahui" (QS. Al-Anbiya: 7). 
 
"Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab) yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)" (QS. Al-Baqarah: 269).
 
Ahli zikir yang ahli hikmah adalah orang-orang yang senantiasa sangat mencintai Allah (bukan kepada selain-Nya). Kerinduan dan kecintaannya kepada Allah tak pernah putus di dalam hatinya menyebut-nyebut asma Allah, memuji-Nya, bertafakur, berlindung kepada Allah dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih, selain mendambakan perjumpaan dengan-Nya. 
 
Mereka sangat meyakini akan firman Allah: 
 
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya" (QS. Al-Kahfi: 110).
 
Kepada merekalah, sebagaimana telah diterangkan oleh Allah di dalam Al-Quran, telah dijelaskan mengenai tanda-tanda kekuasaan-Nya.
 
"Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin" (QS. Al-Baqarah: 118).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top