Allah berbicara dengan kaum yang yakin telah diterangkan oleh Allah sendiri pada Kitab Suci-Nya, Surat Al Baqrah ayat 118. Adakah yang meyakini bahwa apa pun yang difirmankan oleh Allah di dalam Al-Quran tidak diragukan lagi kebenaran-Nya?
Kebanyakan kaum Muslim percaya bahwa Allah hanya berbicara langsung dengan tiga nabi – Adam, Musa, dan Muhammad. Dalam Shahih Bukhari, Allah berbicara dengan nabi Adam saat Allah menciptakannya. Al-Quran juga berkata, Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa. “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” (QS An-Nisaa:164).
Allah Berbicara Langsung dengan Orang-orang yang Yakin
Sekiranya tak ada keraguan terhadap Al-Quran, pastilah benar apa yang difirmankan oleh Allah pada ayat ini:
""Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin" (QS. Al-Baqarah: 118).
Pada ayat di atas, keterangan Allah sangat jelas, bahwa ada orang-orang yang tidak mengetahui (masih ada keraguan di dalam hatinya) menyangsikan sebuah kepastian firman Allah, bahwa Allah berbicara dengan kaum yang yakin (orang-orang yang telah diridhai oleh Allah). Allah bukanlah Tuhan yang berkata-kata tidak benar. Dia-lah (Allah) Sang Pemilik Kebenaran.
Orang-orang yang ragu tidak mengetahui bagaimana Allah berbicara disebabkan karena hatinya gelap. Tidak ada cahaya-Nya. Keragu-raguan muncul karena di dalam hatinya ada banyak penyakit.
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta" (QS. Al-Baqarah: 10).
Sepanjang masih berpenyakit di dalam hatinya, maka sepanjang itu pula mereka tetap tidak beriman (meragukan atau mendustai ayat-ayat Allah), bahwa Allah berbicara langsung dengan kaum yang yakin
Tentu saja, jika diperhatikan dengan sepenuh keyakinan, topik ini -- Allah Berbicara dengan Kaum yang Yakin -- sangat mengundang ketakjuban atas kekuasaan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.
Siapakah Kaum yang Yakin Itu?
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 118, bahwa Allah berbicara dengan kaum yang yakin, tentu saja bukan disebut tidak mungkin karena Allah telah mengajarkan kepada mereka akan kebenaran di dalam hatinya. Orang yang yakin itu adalah orang beriman yang hatinya tidak pernah meragukan kebenaran atas firman Allah.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya saw pastilah tidak seperti mereka yang suka mendustai ayat-ayat Allah. Hati orang-orang beriman bersih dari penyakit karena tenteram jiwanya atau hatinya.
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram" (QS. Ar_ra'd: 28).
Jadi, ciri orang beriman di antaranya adalah hatinya tenteram karena selalu ingat kepada Allah. Hanya dengan berzikir, hati menjadi tenteram. Adapun sebagian besar orang-orang beriman masih belum berzikir, tidaklah berarti salah pada ayat itu.
Kesalahan terjadi lebih disebabkan orang-orang beriman tersebut tidak menaati perintah Allah tentang berzikir sebanyak-banyaknya.
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya" (QS. Al-Ahzab: 41).
Juga tidak mau memperhatikan perintah Allah pada ayat ini:
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (QS. Al-A'raaf: 205).
Bagi orang-orang beriman yang mengikuti perintah Allah untuk berzikir di hati, maka Allah telah berketetapan untuk memberi keberuntungan karena hatinya atau jiwanya atau dirinya atau ruhnya telah disucikan. Inilah ayat-ayat Allah yang menjelaskan keterangan tersebut.
"sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu" (QS. Asy-Syams: 9).
Keberuntungan apakah yang didapatkan? Allah mengilhamkan ke dalam jiwa tersebut ketakwaan.
"dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (QS. Asy-Syams: 10).
Apa pula kerugiannya jika hatinya atau jiwanya kotor (berpenyakit)? Maka, Allah mengilhamkan kefasikan (kegelapan). Berikut ayat yang menegaskan akan ilham yang diturunkan oleh Allah terkait dengan penyucian jiwa dan pembiaran hati atau jiwa tetap kotor (berpenyakit):
"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya" (QS. Asy-Syams: 8).
Jiwa atau hati atau diri atau ruh yang tenteram (muthmainnah) adalah ciri-ciri dari jiwa orang-orang bertakwa karena kerinduan yang sangat kuat kepada Allah yang ditunjukkan dengan berzikir di waktu berdirinya, duduknya dan berbaringnya mengikuti kehendak Allah.
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman" (QS. An-Nisa: 103).
Jadi, kaum yang yakin itu adalah mereka yang diilhamkan oleh Allah di dalam jiwanya takwa. Secara tegas telah diterangkan oleh Allah orang takwa itu dengan kalimat-Nya:
"Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Baqarah: 5).
Mereka itulah orang-orang yang berakal (ulul albab), yaitu orang-orang yang selalu mendahulukan kehendak Allah daripada mendahulukan keinginan hawa nafsunya.
Karena itu, kepada mereka Allah menganugerahkan karunia yang banyak (khairan katsira) dengan menganugerahkan kepadanya al-hikmah. Kepada mereka, Allah juga mengajarkan al-quran, al-hikmah dan apa yang tidak diketahui oleh akalnya.
Baca: (1) Rahasia Pengajaran Al-Hikmah; (2) Al-Hikmah Menyingkap Kegaiban Menjadi Nyata; (3) Al-Hikmah Cara Bijaksana Allah Memperkenalkan Diri-Nya
Walhasil, bagaimana seseorang dapat dirindukan oleh Allah, sedangkan dirinya tak pernah atau sekali-kali saja merindukan Allah? Maka, janganlah berprasangka buruk kepada orang-orang yang sudah bertakwa jika dirinya (orang bertakwa tersebut) telah berjumpa dengan Allah atau Allah berbicara (langsung) dengan orang bertakwa, sedemikian hingga Allah pun tak pernah menyangsikan akan ketulusan hatinya dalam mengabdikan diri di hadapan kemahakuasaan-Nya. Masihkah ada keraguan bahwa Allah berbicara langsung dengan kaum yang yakin (orang-orang bertakwa)? ***
------------------
Sebagai bahan perbandingan, Anda dapat memperkaya perbendaharaan ilmu dengan membaca artikel: Berjumpa dengan Allah, Musykilkah?
Subhanallah sedulur❤️
Alhamdulillah sedulur sami-sami